Sindikasi welcomepage.okezone.com

Jumat, 09 Juli 2010

META ANALISIS

META ANALISIS PENELITIAN KUALITATIF

JUDUL TESIS : RELISASI TINDAK TUTUR POYOK UNGKAL (TTPU) PADA MASYARAKAT DESA UNGKAL KECAMATAN CONGGEANG KABUPATEN SUMEDANG ( Kajian Sosiopragmatik Tindak Tutur Etnis Sunda Ungkal dan Pemanfaatannya sebagi Bahan Ajar Gaya Bahasa di SMPN 1 Jatinunggal Kabupaten Sumedang)
PENELITI : Dadan Andana (Penulis Tesis)

I. PENDAHULUAN

Metode ini memberikan gambaran secara umum mengenai konteks riset dengan cara kombinasi dan analisa hasil kuantitatif dari studi empiris. Kombinasi ini terletak dari kombinasi hasil studi satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan kesimpulan mengenai studi lain yang berhubungan.
Dilihat dari sumber datanya, penelitian meta analisis dikategorikan penelitian kepustakaan karena menggunakan laporan-laporan yang telah ada. Dilihat dari teknik pengumplan datanya, penelitian menggunakan analisis isi (content analysis). Salah satu ciri khas penelitian ini ialah sumber datanya adalah laporan/hasil penelitian dan keterandalannya diukur dari sintesis dan analisisnya terhadap laporan-laporan penelitian terdahulu.
Meta analisis pada hakekatnya merupakan sintesis sebuah topik yang diambil dari beberapalaporan penelitian. Berdasarkan sintesis tersebutditarik sebuah kesimpulan mengenai topik yang diteliti. Penelitian ini menggunakan hasil-hasil penelitian yang sejenis sebagai data dasar dalam melakukan kajian dan kesimpulan. Dalam dunia pendidikan meta analisis biasanya digunakan untuk melihat signifikansi suatu treatment/intervensi terhadap subjek pembelajaran, yaitu siswa.


A. Langkah-langkah Meta Analisis:
1. Tetapkan masalah atau topik yang hendak diteliti.
2. Tentukan periode hasil-hasil penelitian yang dijadikan sumber data, misalnya 10 tahun terakhir.
3. Cari laporan penelitian yang berkaitan. Laporan tersebut dapat dalam bentuk skripsi, tesis, disertasi, atau laporan lain yang dapat diperoleh dari perpustakaan-perpustakaan dan internet.
4. Baca judul dan abstrak laporan penelitian untuk melihat kesesuaian isinya dengan masalah yang akan diteliti.
5. Fokuskan penelitian pada masalah,metodologi penelitian (jenis, tempat dan waktu penelitian, metode, pupulasi, sampel, teknik penarikan sampel, teknik analisis data), data, analisis data, dan hasil (kesimpulan dan saran).
6. Kategorikan masing-masing penelitian berdasarkan paradigmanya, misalnya penelitian kuantitatif(positivistik) atau penelitian kualitatif (post positivistik).Penelitian kuantitatif biasanya dalam bentuk eksperimen untuk mengukur pengaruh atauhubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Peneitian kualitatif biasanya dalam bentuk deskriptif eksploratif dengan analisis yang kritis.
7. Analisis kesimpulan yang ditemukan dengan mengkaji hasil-hasil penelitian itu dengan mengkaji metode dan analisis data dalam setiap penelitian sehingga dapat diketahui keunggulan dan kelemahan penelitian yang dilakukan sebelumnya.
8. Tarik kesimpulan penelitian meta analisis ini atas dasar langkah –langkah di atas.

B. Keuntungan Meta Analisis:
1. Lebih objectif daripada metode yang lainnya. Metode naratif lebih berfokus pada kesimpulan yang didapatkan dari berbagai macam studi, dimana meta-analysis lebih berfokus pada data.
2. Lebih berfokus pada ukuran efek daripada penemuan secara empiris.
3. Memungkinkan kombinasi berbagai bentuk hasil perbandingan hasil studi dengan hasil signifikan lain yang didapatkan.
4. Memungkinkan melihat gambaran besar dari hasil penelitian.
5. Memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau argumentasi yang disebabkan dari konflik hasil yang didapatkan dari studi-studi yang berbeda.
6. Lebih objective daripada review literatur secara non-kuantitatif.
II. META ANALISIS TESIS KUALITATIF

1. TUJUAN/PURPOSE
Penelitian kualitatif digunakan oleh peneliti dengan maksud meneliti secara mendalam untuk meneliti fenomena yang belum banyak diketahui atau untuk menemukan perspektif baru tentang hal-hal yang sudah banyak diketahui. Dalam tradisi penelitian ditunjukkan bahwa tiujuan sebuah kajian, haruslah sejalan dengan rumusan rumusan masalahnya. Hali demikian memang tidak dapat disangkal, Karena pada dasarnya tujuan dari sebuah penelitian haruslah menetapakan upaya pemberian jawaban atas masalah-masalah penelitian yang dirumuskan sebelumnya.
Tujuan penelitian dalam tesis yang berjudul: “RELISASI TINDAK TUTUR POYOK UNGKAL (TTPU) PADA MASYARAKAT DESA UNGKAL KECAMATAN CONGGEANG KABUPATEN SUMEDANG ( Kajian Sosiopragmatik Tindak Tutur Etnis Sunda Ungkal dan Pemanfaatannya sebagi Bahan Ajar Gaya Bahasa di SMPN 1 Jatinunggal Kabupaten Sumedang)” ini (hal 7) dideskripsikan sejalan dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti. Adapun tujuan penelitian tesis ini adalah:
1. Mendeskripsikan wujud struktur formal dan wujud pragmatic TTPU masyarakat Ungkal terutama yang berkaitan dengan tindak ilokusi (the act of doing something).
2. Mendeskripsikan daya pragmatic atau maksud realisasi TTPU kaitannya dengan prinsip kesantunan (politeness) berdasarkan persepsi petutur.
3. Mendeskripsikan fungsi social TTPU berdasarkan persepsi petutur dengan nilai budaya local masyaarakat Ungkal kaitannya dengan penentuan TTPU sebagai alternative bahan ajar berbahasa di tingkat SMP.
Dari paparan tujuan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti terdapat benang merah yang sejalan dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan sebelummya,yaitu:
1. Bagaimanakah karakteristik TTPU dilihat dari wujud struktur-formalndan wujud pragmatic itu dapat diperikan?
2. Bagaimanakah daya tarik pragmatic TTPU kaitannya dengan aspek realisasi prinsip kesantunan (politeness) ditinjau dari persepsi penuturnya?
3. Bagaimanakah fungsi social TTPU berdasatrkan persepsi petutur dan nilai budaya local masyarakat Ungkal kaitannya dengan penentuan TTPU sebagai alternative bahan ajar bahasa di tingkat SMP?
Hal ini menunjukan bahwa tujuan penelitian tersebut relevan dengan perumusan masalahnya. Dalam hal ini peneliti telah menetapkan upaya pemberian jawaban atas masalah-masalah penelitian yang telah dirumuskan sebelummya. Maka peneliti telah berhasil menetapkan tujuan penelitian sesuai dengan kaidah yang tepat dalam menentukan tujuan penelitian.

2. LATAR BELAKANG/JUSTIFICATION
Penelitian yang mengangkat permasalahan tentang Tindak Tutur Poyok Ungkal (TTPU) ini dilakukan dengan dasar pertimbangan diantaranya:
1. TTPU merupakan tradisi tutur yang memiliki gambaran sifat dasar kemahiran kognitif dan pengembangan persepsi bagi penutur dan petuturnya.
2. TTPU hadir dalam kehidupan nyata secara reflektif yang muncul berdasarkan kekuatan persepsi, schemata perseorangan sehingga TTPU dianggap dapat dijadikan alternative bahan ajar dan diterapkan dalam proses pembelajaran keterampilan berbahasa di SMP.
Dalam tujuan penelitian telah ditetapkan bahwa selain mendeskripsikan wujud struktur formal dan wujud pragmatic TTPU masyarakat Ungkal terutama yang berkaitan dengan tindak ilokusi (the act of doing something) dan mendeskripsikan fungsi social TTPU berdasarkan persepsi petutur dengan nilai budaya local masyaarakat Ungkal kaitannya dengan penentuan TTPU sebagai alternative bahan ajar berbahasa di tingkat SMP, salah satu tujuan penelitian yang lainnya (no.2) adalah mendeskripsikan daya pragmatic atau maksud realisasi TTPU kaitannya dengan prinsip kesantunan (politeness) berdasarkan persepsi petutur. Namun dalam hal ini peneliti kurang memberikan eksplorasi tentang bagaimana prinsip kesantunan dalam TTPU tersebut kaitannya dengan daya pragmatic berdasarkan persepsi petutur yang terjadi di lapangan, sehingga menjadi kesenjangan antara kenyataan di lapangan dengan apa yang diharapkan berdasarkan teori-teori yang telah diakui kebenarannya. Hal ini yang menjadikannya sebagai akar permasalahan sehingga masalah ini penting diangkat ke permukaan sebagai bahan penelitian.
Dalam meta analisis ini izinkanlah penulis memberikan masukan kepada peneliti untuk lebih mendeskripsikan secara singkat keadaan sebenarnya dalam prinsip kesantunan masyarakat Ungkal kaitannya dengan daya pragmatic TTPU. Dengan pendeskripsian ini diharapkan pembaca memperoleh gambaran yang jelas tentang prinsip kesantunan yang diterapkan pada masyarakat Ungkal sehingga mampu menumbuhkan minat dan motivasi pembaca untuk lebih mengetahui hal tersebut secara mendalam, yang pada gilirannya nanti akan diperjelas lagi pada bab pembahasan berikutnya.
Secara kronologis latar belakang penelitian ini telah dipaparkan oleh peneliti dengan mengemukakan gagasannya yang secara transparan dapat dikaji dengan logis, dan mengandung koherensi antara gagasan yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini peneliti telah berhasil menggiring pemahaman pembaca mengarah pada akar permasalahan sebenarnya yang dianggkat dalam penelitian ini.

3. DEFINISI OPERASIONAL/DEFINITION
Dalam sebuah penelitian, definisi operasional merupakan deskripsi dari variabel-variabel terkait penelitian. Definisi operasional harus bias menggambarkan rumusan masalah penelitian, yang kemudian akan melahirkan instrument penelitian untuk memecahkan masalah penelitian. Dalam mendefinisikan variable-variabel penelitian, definisi operasional harus sesuai dengan isu penelitian dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
Terdapat beberapa definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti dalam tesis ini. Sebagai bahan masukan, alangkah lebih tepat apabila opini peneliti dalam menyimpulkan sebuah definisi operasional disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Sebagai contoh diantaranya:
1. Realisasi merupakan wujud factual suatu tuturan yang benar-benar ada, terjadi secara kontekstual dan tanpa adanya pengondisian dalam suatu komunitas tutur.
2. Tindak tutur adalah konsep pragmatic yang menyatakan bahwa pada dasarnya bila seseorang mengatakan sesuatu maka sebenarnya dia juga melakukan sesuatu.

Apabila definisi operasional tersebut kita sesuaikan dengan kebutuhan penelitian, akan lebih sesui bila redaksionalnya diubah menjadi:
1. Realisasi merupakan wujud factual suatu tuturan yang benar-benar ada, terjadi secara kontekstual dan tanpa adanya pengondisian dalam suatu komunitas tutur masyarakat Ungkal.
2. Tindak tutur adalah konsep pragmatic pada masyarakat Ungkal yang menyatakan bahwa pada dasarnya bila seseorang mengatakan sesuatu maka sebenarnya dia juga melakukan sesuatu.
Dengan demikian definisi operasional berisi simpulan pendapat peneliti yang akan bermanfaat bagi proses penelitian disesuaikan dengan kebutuhan penelitiannya.


4. PENELITIAN SEBELUMNYA/PRIOR RESEARCH
Suharsimi Arikunto (2002) dalm bukunya menyatakan bahwa penelitian terdahulu sangatlah penting untuk menentukan kelemahan dan kelebihan penelitian sejenis yang dilakukan oleh orang lain sebagai titik pijak untuk penelitian selanjutnya.
Penelitian yang terkait dengan budaya tutur “poyyok Ungkal” (derision) di kalangan masyarakat Desa Ungkal Kecamatan Congeang Kabupaten Sumedang telah dilakukan antara lain Kosasih (2003) yang menghadirkan kajian poyokUngkal berdasarkan Sosiologi_Antropologi. Sulyati (2005) telah menghadirkan kajian berdasarkan semantic dan sosiolinguistik, meliputi situasi kebahasaan, gaya bahasa (majas), konsep penciptaan kata-kata pyok Ungkal, dan komunikasi tindak tuturnya.
Namun, penelitian-penelitian tersebut menyisakan beberapa permasalahan yang cukup menantang. Pertama, berkaitan dengan asal-usul budaya tutur Poyok Ungkal belum terungkapan. Kedua, kajian sosioprgmatik terhadap TTPU belum pernah dilakukan terutama berkaitan dengan struktur tuturan, prinsip kerjasama dan kesantunan yang tidak terlepas dengan konteks tuturannya. Ketiga, suatu budaya tindak tutur bersifat pragmatis dan merupakan cirri khas seseorang sehingga pemaknaan dan pemahaman maksud tuturan tidaklah cukup hanya bertolak dari pendekatan secara semantic. Oleh karena itu, kekayaan suatu tutran poyok Ungkal tidak terbatas pada gaya bahasa dalam arti kata pemajasan (figurative language), tetapi lebih cenderung pada gaya bahasa dalam arti stile (stylistic of speech). Hal-hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan kajian sosiopragmatik TTPU, baik dilihat dari nilai komunikatif dan kesantunan berdasarkan persepsi petutur serta pemanfaatannya sebagai alternative bahan ajar keterampilan berbahasa Indonesia khususnya dalam komunikasi dwibahasawan.

5. HIPOTESIS/HYPOTHESES
Tesis dengan judul RELISASI TINDAK TUTUR POYOK UNGKAL (TTPU) PADA MASYARAKAT DESA UNGKAL KECAMATAN CONGGEANG KABUPATEN SUMEDANG ( Kajian Sosiopragmatik Tindak Tutur Etnis Sunda Ungkal dan Pemanfaatannya sebagi Bahan Ajar Gaya Bahasa di SMPN 1 Jatinunggal Kabupaten Sumedang) ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam pemaparan di bagian pendahuluan peneliti tidak menentukan hipotesis penelitiannya. Peneliti pada Bab I, sub Bab 1.7 (hal 10) menyajikan asumsi atau sering juga disebut anggapan dasar yang merupakan landas tumpu yang tidak menimbulkan keraguan peneliti. Surakhmad (2008:8) berpendapat bahwa anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik.
Asumsi dasar yang diajukan peneliti dalam tesisnya menunjukan adanya keterkaitan yang nyata dengan perumusan masalah dan tujuan penelitiannya. Ini merupakan sebuah konsistensi yang ajeg, telah dilakukan peneliti dalam meletakkan kerangka dasar penelitiannya. Pada akhirnya kerangka dasar ini dapat dijadikan acauan atau pedoman bagi pemecahan masalah penelitian sesungguhnya.

6. SAMPEL/SAMPLE
Data penelitian dalam kajian TTPU ini berwujud tindak tutur masyarakat Ungkal, baik yang masih berada di Ungkal, orang Ungkal yang berada di luar Ungkal, atau orang yang pernah tinggal, bersemuka dengan orang Ungkal. Tindak tutur pragmatic memoyok tersebut ditenggarai memiliki maksud yang diungkapkan secara tidak langsung (indirect speech), samar-samar yaitu tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya , dan maksud dari tindak tutur tidak langsung tersebut dapat beragam bergantung pada konteksnya.
Dalam memilih subjek penelitian (narasumber/informan), peneliti menggunakan criteria yang dikembangkan dari pendapat Nothofer dan Fernandez dalam Zulaeha (2001:56). Criteria itu mencakup (1) laki-laki atau perempuan, (2) berusia +40 s.d. +60 tahun; usia ini dianggap mewakili generasi awal munculnya poyok yang mengalami kestabilan dalam emosi maupun pemakaian bahasa dan dianggap paling banyak tahu tentang poyok beserta asal-usulnya. Adapun criteria usia muda 35 s.d. 59. Hal ini untuk menelisik masih ada tidaknya keberlangsungan tradisi poyok pada generasi sekarang., (3) lahir dan besar di desa setempat (penduduk asli) atau sekurang-kurangnya telah tinggal di Desa Ungkal selama 10 tahun di daerah titik pengamatan (TP), (4) dapat berbahasa Sunda, (5) dapat berbahasa Indonesia, dan (6) sehat rohani dan jasmani dalam arti alat bicaranya sempurna.
Dari pemaparan di atas jelas terlihat bahwa peneliti menggunakan sampel purposive dalam mengumpulkan data penelitiannya. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan data yang diperoleh akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang sedang dikaji/diteliti.

7. INSTRUMEN/INSTRUMENTATION
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara terbuka sadap-simak dan observasi (pengamatan terlibat pasif). Dalam wawancara terbuka, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa, tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tentu saja peneliti menyimpan cadangan masalah tersebut yang biasanya dapat muncul secara spontan sesuai dengan perkembangan situasi wawancara itu sendiri. Teknik observasi digunakan untuk mengenali lokasi dan kondisi masyarakatUngkal secara umum. Untuk mendapatkan data yang lengkap dari sumber data, penulis mengkombinasikan berbagai teknik pengumpulan data dari sumber data yang sama.
Instrumen penelitian ini disusun sebelumnya menggunakan beberapa pedoman wawancara yaitu:
1. Pedoman observasi penyusunan data melalui teknik bersemuka: Cakap-Rekam-Maknai (CRM) dimana peneliti terlibat penuh dalam percakapan.
2. Pedoman observasi penyusunan data melalui teknik Saksikan-Sadap-Cakap (SSC) dimana peneliti sebagai pengamat, penyimak, tetapi tidak terlibat dalam percakapan.
3. Pedoman pertanyaan strategi pragmatic penutur TTPU terhadap mitra tuturnya.
4. Pedoman pertanyaan strategi mitra tutur dalam membalas pemoyok.


8. PROSEDUR VALIDITAS INTERNAL
Salah satu pertanyaan mendasar yang sering dilontarkan dalam penelitian kualitatif adalah: Apakah hasil penelitian kualitatif ini memenuhi standar penelitian ilmiah? Jawaban dari pertanyaan ini dapat dikembalikan pada masalah validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan) penelitian.
Pada umumnya dikenal dua macam standar validitas, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Burhan Bungin (2003,58) menyatakan bahwa validitas internal mempertanyakan seberapa jauh suatu alat ukur berhasil mencerminkan objek yang akan diukur pada suatu setting tertentu.
Dalam menganalisis data yang diperoleh, peneliti selanjutnya menerapkan teknik wawancara dan observasi partisipatif, dalam pelaksanaannya difokuskan pada teknik triangulasi yang menekannkan pada dua macam teknik, yakni (1) teknik saksikan-simak-catat (SSC), dan (2) teknik cakap-rekam-maknai (CRM). Sesuai dengan namanya, teknik simak merupakan teknik yang dilakukan dengan cara menyimak penggunaan atau pemakaian bahasa oleh masyarakat Ungkal, baik yang berdomisili di Ungkal atau di luar Ungkal. Teknik simak dapat disejajarkan dengan metode observasi (saksikan-simak-catat) yang lazim digunakan di dalam disiplin ilmu social dan ilmu lain. Triangulasi teknik tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:


Proses trianggulasi tersebut di atas dilakukan terus menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai pada su atu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak adalagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan. Hal tersebut sudah tepat dilakukan oleh peneliti karena teknik tersebut dilakukan dengan menguji pemahaman peneliti dengan pemahamn informan tentang hal-hal yang diinformasikan informan kepada peneliti. Hal ini perlu dilakukan mengingat dalam penelitian kualitatif, persoalan pemahaman makna suatu hal bias jadi berbeda antara orang satu dan lainnya. Termasuk juga umpamanya adalah kemungkinan perbedaan pemaknaan antara informan dan peneliti.
Dengan dilakukannya teknik triangulasi ini diharapkan hasil penelitian kualitatif ini memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai dengan fakta di lapangan (informasiyang digali dari subyek atau partisipan yang diteliti).Dengan demikian kiranya tidak diragukan lagi eksistensi penelitian kualitatif sebagai salah satu jenis penelitian yang berpredikat penelitian ilmiah.

9. ANALISIS DATA/ DATA ANALYSIS
Model analisis data selama proses penelitian di lapangan yang digunakan oleh peneliti merujuk pada model Matthew B. Miles dan Mickael Huberman. Aktivitas analisis data menurut Miles dan Huberman (Sugiono, 2007:337) terbagi dalam tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:

1. Reduksi data (Data Reduction)
2. Penyajian data (Data Display)
3. Penarikan kesimpulan (Conclution Drawing / Verification).
Pada setiap tahapan observasi dan wawancara penulis menggunakan model alir, yaitu peneliti melakukan kegiatan analisis secara bersamaan antara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, peneliti melakukan antisipasi sebelum melakukan reduksi data. Selanjutnya, kegiatan pada reduksi data ini adalah kegiatan-kegiatan analisis dalam bentuk mengorganisasi dan menyusun data menjadi informasi bermakna kea rah simpulan penelitian.
Adapun model alir ini digambarkan sebagai berikut:
Komponen Analisis Data Model Alir (Flow Model) Miles & Huberman*)

Masa Pengumpulan Data


REDUKSI DATA

Antisipasi Selama Setelah

PENYAJIAN DATA

Selama Setelah

PENARIKAN KESIMPULAN
Selama Setelah





10. HASIL PENELITIAN/RESULT
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 37 data TTPU sebagai hasil wawncara dengan 8 informan dalam kajian TTPU yang disandarkan pada metode deskriptif-kualitatif dan pendekatan sosiopragmatik, hasil penelitian ini dapat disimpulkan:
1. Struktur formal TTPU secara potensial bersifat informative, ingin menggambarkan hal-hal yang distimulasi oleh kondisi, perilaku petutur dan suasana pertuturan walaupun petutur tersebut tidsak menyadarinya. Dengan perkataan lain, TTPU menghindari bentuk-bentuk tuturan imperative dan lebih memilih bentuk-bentuk tuturan deklaratif. Berdasarkan wujud pragmatic (konteks dan maksud) tt kurang memperhatikan prinsip kerjasama terutama maksim kuantitas dan kualitassebab lebih banyak menggunakan cara bertutur secara tidak langsung melalui gaya tutur asosiasi dan metafora dengan maksud untuk sesuatu efek tertentu (menyindir) secara halus setiap petutur tanpa memperhatikan status social, atau status-status lainnya. Secara ilokusi ,TTPU lebih banyak menginformasikan kenyataan factual-lahiriah petuturnya, dan itu menjadi kesan tersendiribagi penutur poyok ungkal terhadap stimulus insaniah petuturnya.
2. Berdasarkan derajat kesantunan, TTPU lebih dicerminkan oleh factor penyelamatan muka petutur, perlokusi, cara ketidaklangsungan tuturan, maupun otoritas keilmuan petutur, bukan oleh skala untung rugi dan atau factor banyaknya pilihan yang disediakan penutur pada skala kesantunan Leech.
3. Kitannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia, strategi tutur poyok ungkal maupun daya pragmatik TTPU dapat dijadikan wahana pemerkaya sikap psikologis, berolah rasa dan berolah pikir/logika berbahasaIndonesia. Selain itu TTPUmemenuhi criteria sebagai bahan ajar yaitu memuat subjek pengetahuan umum, memiliki gambaran sikap dasar kemahiran kognitif dan sifat dasar belajar bahasa, mempunyai nilai-nilai, serta memiliki peluang bagi pengembangan persepsi dan kognisi.Sehingga TTPU ini dapat dijadikan alternative pembelajaran gaya bahasa pada tingkat SMP
Dari pemaparan kesimpulan di atas, melalui penelitannya, peneliti berhasil menetapakan upaya pemberian jawaban atas masalah-masalah penelitian yang dirumuskan sebelumnya, sesuai dengan tujuan penelitannya yaitu:
1. Mendeskripsikan wujud struktur formal dan wujud pragmatic TTPU masyarakat Ungkal terutama yang berkaitan dengan tindak ilokusi (the act of doing something).
2. Mendeskripsikan daya pragmatic atau maksud realisasi TTPU kaitannya dengan prinsip kesantunan (politeness) berdasarkan persepsi petutur.
3. Mendeskripsikan fungsi social TTPU berdasarkan persepsi petutur dengan nilai budaya local masyaarakat Ungkal kaitannya dengan penentuan TTPU sebagai alternative bahan ajar berbahasa di tingkat SMP.

III. SIMPULAN
Meta-analysis bisa menjadi tool yang efisien untuk mendapatkan kesimpulan umum dari suatu fenomena. Meta analisis pada tesis yang berjudul: RELISASI TINDAK TUTUR POYOK UNGKAL (TTPU) PADA MASYARAKAT DESA UNGKAL KECAMATAN CONGGEANG KABUPATEN SUMEDANG ( Kajian Sosiopragmatik Tindak Tutur Etnis Sunda Ungkal dan Pemanfaatannya sebagi Bahan Ajar Gaya Bahasa di SMPN 1 Jatinunggal Kabupaten Sumedang) telah memberikan gambaran umum tentang keberhasilan peneliti dalam mengeksplorasi realisasi TTPU pada masyarakat Ungkal sebagai kajian sisiopragmatik tindak tutur serta keterkaitannya dalam pemanfaatan tindak tutur tersebut sebagai bahan ajar gaya bahasa di SMPN 1 Jatinunggal Kabupaten Sumedang.
Hal tersebut di atas dapat tercapai karena peneliti menggunakan pisau yang tajam dalam mengasah atau menganalisis data penelitiannya melalui Analisis Data Model Alir (Flow Model) Miles & Huberman. Selanjutnya prosedur validitas internal yang dilakukan peneliti menggunakan teknik triangulasi melalui: 1) obserrvasi partisipasif dan non partisipasif, 2) wawancara mendalam, dan 3) pendokumentasian. Melaui teknik triangulasi ini diharapkan hasil penelitian kualitatif ini memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai dengan fakta di lapangan (informasiyang digali dari subyek atau partisipan yang diteliti). Dengan demikian kiranya tidak diragukan lagi eksistensi penelitian kualitatif sebagai salah satu jenis penelitian yang berpredikat penelitian ilmiah. Hal ini diperkuat dengan pemilihan sampel purposive yang telah ditentukan oleh peneliti.
Terdapat sebuah masukan sederhana dari penulis, kiranya dapat dijadikan pelengkap dalam laporan penelitian ini yaitu pada bagian definisi operasional. Diharapkan akan lebih tepat sasaran apabila definisi operasional yang dipaparkan oleh peneliti disesuaikan dengan isu penelitian atau kebutuhan penelitiannya, seperti yang telah dipaparkan sebelumya dalam meta analisis ini.
Dalam meta analisis ini penulis juga memberikan masukan kepada peneliti untuk lebih mendeskripsikan secara singkat keadaan sebenarnya dalam prinsip kesantunan masyarakat Ungkal kaitannya dengan daya pragmatic TTPU. Dengan pendeskripsian ini diharapkan pembaca memperoleh gambaran yang jelas tentang prinsip kesantunan yang diterapkan pada masyarakat Ungkal sehingga mampu menumbuhkan minat dan motivasi pembaca untuk lebih mengetahui hal tersebut secara mendalam, yang pada gilirannya nanti akan diperjelas lagi pada bab pembahasan berikutnya.
Penulis berharap meta analysis akan membantu mengarahkan penelitian di masa depan dalam isu-isu kebahasan dan kaitannya dengan pendidikan di negara kita.
Dengan menggunakan meta analysis bisa membantu meningkatkan publikasi di bidang pendidikan. Banyak studi yang menggunakan sample kecil atau hasilnya tidak signifikan ditolak untuk dipublikasikan.
Untuk melakukan meta-analysis, penulis merekomendasikan prosedur umum berikut:
1. Definisikan domain penelitian dan hubungan-hubungan yang dicari
2. Kumpulkan berbagai studi secara sistematis.
3. Ekstrak effect size.
4. Pilih salah satu model random effects (nilai kebenaran bervariasi) atau fixed effects (mengasumsikan semua nilai kebenaran sama) dan metode analysis untuk mengkombinasikan effect sizes.
5. Uji keragaman di antara effect sizes yang telah diperoleh.
6. Uji tanda dan besar dari effect sizes yang telah dikombinasikan.
7. Jika penelitian tersebut ingin menemukan atau menguji moderating effects, studi-studi yang dikumplkan harus dikodifikasi berdasarkan karakteristik konteksnya masing-masing.
8. Untuk menguji moderator effects, dua metode berikut sering digunakan: subgroup comparison dan regression.
9. Rangkum dan diskusikan penemuan-penemuan yang didapat.




























REFERENSI

Bangert-Drowns, Robert L. & Lawrence M. Rudner,Meta-analysis in Educational Research. 2003,(http://pareonline.net)
Bungin, Burhan. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta:PT> Raja Grafindo Persada.
Glass, G.V. (1976) “Primary, Secondary, and Meta-Analysis of Research”,
Review of Research in Education, (5)10, pp. 351-379.
G. Leandro, Meta Analysis: The handbook for understandingand practice of Meta Analysis.www.meta-analysis.com
Kelley, George A. Meta-analysis : An Introduction,2003, (http://pitt.edu.htm)
R. Fraenkel, Jack. 2007. How to Design an Evaluation Research in Education.New York:The McGraw Hill Companies,Inc.
Wikipedia. (2005). Meta Analysis, 2005 . http://en.wikipedia.org/wiki/Meta-analysis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar